Lokasi parkir yang persis berada di depan komplek resto dan one stop entertainment kini telah penuh sesak oleh bis-bis yang berplat nomor dari kota yang berbeda. Butuh waktu lama untuk bis yang kami tumpangi ini bisa menemukan posisi yang pas sebelum semua penumpang hendak turun untuk membersihkan diri sekaligus sarapan pagi.
Karena ini merupakan long weekend menjelang Hari Raya Imlek, tak bisa dihindarkan lagi jika semua lokasi wisata pasti akan penuh sesak oleh para pengunjung yang hendak mengisi liburan panjang mereka dengan berekreasi. Apalagi kawasan Lembang-Bandung ini sudah terkenal dengan kemacetannya pada saat weekend.
Baca cerita sebelumnya di sini
Kondisi jalan yang sempit, berkelok-kelok dan juga menanjak membuat kendaraan yang lewat tak terhindarkan dari terjebak kemacetan parah. Semuanya cukup beralasan karena di kawasan Lembang nan sejuk dan berada pada ketinggian ini membuat siapa saja hendak menyejukan diri di kota ini. Termasuk rombongan kami ini yang notabene berasal dari kawasan yang berada pada ketinggian dan berhawa sejuk (Banjarnegara) pun ikut latah berwisata ke Lembang.
Tiba di Resto Grafika, Lembang
Sambil menunggu restoran dan toilet yang masih penuh sesak oleh para pengunjung, saya memisahkan diri dari rombongan dan duduk di pinggir jalan sambil sesekali menikmati atmosfer Lembang yang tidak beda jauh dengan kawasan Dataran Tinggi Dieng di Kabupaten Banjarnegara.

tempat kami istirahat dan sarapan pagi setelah menempuh perjalanan panjang
Beberapa bis yang terparkir ada yang dari rombongan mahasiswa salah satu Universitas Negeri dari Kota Palembang yang sedang mengadakan non stop tour dimulai dari Palembang – Bali – Jogjakarta – Bandung – Jakarta – Palembang. Logat-logat khas Palembang pun seakan menambah semarak tempat ini selain tentu saja tidak ketinggalan logat khas Banyumasan, ngapak.
Tidak seperti rombongan lain yang perlu antre lama guna bersih-bersih dan berganti baju, saya lebih memilih cuek menikmati kesejukan udara khas Lembang. Acara bersih-bersih dan urusan belakang sudah saya gabung tadi saat sholat subuh di salah satu rest area sebelum memasuki kota Bandung.
Kompleks Resto Grafika sendiri terdiri atas Restoran, Penginapan, Area Outbond, Villa dan juga toko-toko serta arena bermain anak yang tergabung menjadi satu di tengah-tengah hamparan hijau pohon pinus yang tertanam pada daerah perbukitan. Kontur bangunan di area ini sejatinya mengikuti kontur tanah yang tidak rata, jadi tidak heran jika restoran dan penginapan ada yang berdiri pada bagian atas dan juga bawah.

Lokasi sarapan dengan berbagai macam fasilitas lengkap

Salah satu jembatan unik di lokasi sarapan kami

terdapat toko souvenir
Beberapa kali saya menemukan logat khas ngapak Banyumasan dari para pekerja yang pagi itu tengah membersihkan rumput-rumput liar di kawasan resto ini. Awalnya saya mengira mereka merupakan orang asli Banjarnegara, namun setelah berbicara lebih lanjut-belakangan saya baru tahu kalau mereka sebenarnya berasal dari Kabupaten Kebumen yang tentu saja masih berbahasa ngapak.
Mereka merupakan para perantau yang tinggal, menetap dan menikah dengan wanita Sunda. Boleh dibilang ini menjadi sebuah perpaduan budaya unik antara bahasa ngapak dengan bahasa sunda yang dikenal halus.
Gagal Outbond
Rencana awal kami saat singgah di sini adalah melakukan kegiatan outbond sekalian sarapan pagi, namun karena waktu yang mepet, semua rencana itu akhirnya batal, padahal panitia dan segala macam properti serta hadiah telah dipersiapkan jauh-jauh hari. Apa mau dikata, rencana tinggal rencana.

area outbond di bawah rimbunnya pohon pinus

lokasi parkir yang persis di pinggir jalan
Saya yang terlalu percaya diri karena beranggapan bahwa sarapan pagi mendapat jatah di resto paling bawah sana membuat saya dan beberapa teman lebih dahulu menuju ke sana. Padahal usut punya usut, resto yang sudah dipesan oleh panitia berada pada bagian atas. Kami menunggu hampir satu jam lebih di bawah sana dan tidak menemui tanda-tanda giliran kami makan.
Berikutnya sudah bisa ditebak karena kami datang paling buntut, jatah sarapan kami tinggal menyisakan nasi, sosis dan kerupuk. Nasib..nasib tapi yang namanya orang sudah lapar tentu apapun akan dimakan saja daripada perut kosong sama sekali padahal nantinya masih banyak kegiatan yang membutuhkan stamina dan tentunya perlu kondisi dimana perut terisi makanan.
Hari makin siang dan satu persatu rombongan dari berbagai daerah hilir mudik meninggalkan area ini. Begitu juga kami yang akan terus naik menuju Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu.
Satu persatu para rombongan memasuki kembali bis yang sudah terparkir dan tinggal menunggu aba-aba saja pergi meninggalkan tempat ini.
Bismillah, perjalanan selanjutnya segera dimulai pagi menjelang siang ini. Bersambung……
Cuma mampir makan pagi aja ya di Lembang? Wah sayang banget sbentar dan pas libur nasional ke sananya. Padahal kalo ditelusuri lagi, bisa cicipi Lembang punya produksi susu sapi perah yang hits sedari dulu. Ditunggu cerita Takuban Perahu-nya yah. 🙂
Enggak…pulangnya ngubek2 Lembang kok…cuma tak pipil ceritanya…
Yah sayang banget ya ga jadi outbondnya..padahal tempatnya asik tuh.
hooh…padahal segala macam persiapan sudah dilakukan, sayang, masalah waktu yang menggagalkannya
artinya harus balik lagi kak ke lembangnya
iya ya…tapi pas jangan hari libur kayaknya hehehe
Memang di bandung banyak perantau dr kebumen mas. Termasuk kutorarjo dan sekitarnya.
Aku baru tau kmrin mlh..
Wehh, udah sampe Bandung ajahh..
Aduh, outbondnya kayaknya seru tuh tempatnya..
iya…ini ke sini pas libur imlek kemarin, sudah lewat lama lah…
wah ternyata luas juga ya, aku mah sering lewat sana kalau mau ke cirebon
wah…memang sekarang tinggal dimana?
Lebih banyak alasan buat kembali ke Lembang, Mas.
hooh…apalagi saat hari2 biasa pasti sangat menarik karena lengang tanpa macet
Beberapa kali ke bandung ngga ngeh resto ini..secara bejibun banget lokasi wisata sekitaran bandung jabar
iya ya, aku juga pas ke sini, ramai banget, makanpun harus antre
udah lama ke bandung, harusnya hari ini..tapi saya kurang serius ikutan temen terkendala ijin ninggalin anak istri hehehe
gpp lah, maklum sudah punya buntut, jadi ya harus konsekuen dengan prioritas (keluarga) : )
Bandung? Huwaaaa pasti adem bangt ya Hend, sejuk, hijau dan segerrr hahaaha
makane mreneo dolan Bandung
Abis lebaranlah kalau jadi nanti hehehehe
haseeekkk lah…
Semoga yang ngajakin ke Bandung abis lebaran bisa ya… hehehehe
siapa nih? rame2 kah?
Ada temen yang ngajakin hehehe
wah asyik dong…
wahahaha siap
Hokeh
kapan2 mampir lah ke tempatmu, Guh…
Ayok, hen
adem…ya mirip2 Banjarnegara cuma macetnya amboiii
Waaah kalau dah macet jadi mikir-mikir kalau ke Bandung, harus cari waktu yang nggak libur panjang biar nggak kejebak macet ya Hend.
iya cocoknya ya pas hari2 biasa, bayangin kalau libur, dari kota terdekat saja misal Jakarta dah tumplek-plek, ditambah lagi dari daerah lainnya, jalannya sempit dan berkelok2 jadi ya gitu deh…
Ampun deh….. hehehehe
ya setidaknya itu yang aku rasakan kemarin…
Aku malah belum pernah ke Grafika, wkwkwk. Baru tau kalo ternyata Kebumen itu juga ngapak. Sunda itu ada tingkatan-tingkatannya juga sih, kecuali anak-anak SMP SMA yang tingkatannya cuma 1. Tingkatan “anyiiinggg” hahaha
hooh kan BARLINGMASCAKEB (purbalingga, banyumas, banjarnegara, cilacap, kebumen plus wonosobo) masuk grup ngapakersss…
sbenernya tasik juga masuk kategori antara ngapak dan sunda, karena sedikit di perbatasan sunda sama banyumas.
hooh, bahkan di sekitar green canyon, suasananya masih seperti di Banyumas, aku juga heran….padahal sudah di Jabar
ga pelesiran terus kok,,cuma diirit nulisnya saja jadi kelihatan sring jalan-jalan, padahal ya nggak…
saya doakan semoga menginjakan kaki di pulau Jawa…lebih khusus bisa mampir ke Dieng-Banjarnegara,,,aamiin…
Hee…biar bisa kopdar an gitu ya mas, heee…ngarep aku
bisa juga tuh…yah walaupun Banjarnegara sendiri lokasinya terpencil dan jauh dari keramaian..
Aaaah, Lembang. Aku selalu penasaran sama seberapa dinginnya tempat ini. Dinginan mana sama Dieng ya? Dulu pernah ke Bandung, tapi Bandung kota di daerah Gegerkalong Girang. Udah lama sekali, tahun 2002. Jaman segitu udaranya masih sejuk banget. Terakhir ke Bandung akhir 2013 udah kerasa panas dan macetnya itu lho.
lebih dinginan Dieng lah om…cuma di sini, banyak betebaran villa2 dan rumah2 bagus di sepanjang jalan…
Yaelah mas, arep ngadem ndadak ming lembang koh, gari ming wanayasa apa kalibening koh ya, hahaha.mampir teropong boscha ngga mas?
nyong juga mikir pas tekan kene, lah,,,kie nang banjar lewih akeh, tur apik2…tapi ya mau gimana lagi, dunia serba kebalik, kek judul sinetron lol…
Haha yawis mas dsukuri bae, anggep aja lag studi banding ben banjar bisa setenar lembang,
Sing penting dalane alus…
Ah Lembang. Terakhir kesini tahum 2015 masih sepi banget. Cuacanya yg sejuk
sepinya pas hari biasa atau pas hari libur?
Aku waktu itu 1 minggu di Lembang. Pas kesana juga weekend Mas ngecamp malah di Tangkuban Perahu.
Wih…keren…
Nunggu cerita outbond di terminal grafika ooh ternyata wurung.
Kami sempat nyicip nasi tutug oncom di salah satu saung resto ini.
Setia menunggu kisah Tangkuban Perahu.
Menunggu ajakan sarapan yang tak kunjung datang..? Wah, berat itu! 🙂
tapi bisa sarapan walau telat dan tinggal sisa : )
Bayarnya sama tapi sarapannya cuma dapet sisa ya mas 😀
Oiya, di daerah lembang yang saya tau ada d’range (taman koboi) atau apa gitu namanya. Kesitu juga gak?? kayaknya sih keren. Kayaknya lho.. 😀
iya nih, nasib…..iya tapi ga mampir, mampirnya malah ke farm house
Kalau Lembang saya ingatnya Farmhouse Lembang, tempatnya keren
Iya mampir kok tp blm kutulis
wiii asik juga nih ya restonya. Iya di Lembangnya kemana aja nih om
tangkuban perahu sama farm house : )
2 Tahun lalu saat ke Lembang aku cuma sempat ke Boscha sama Begonia aja. Padahal masih banyak tempat seru ya di sini. Mau balik lagi deh kapan-kapan 🙂
iya ini juga karena ikut acara kantor…mepet banget karena besoknya harus masuk kerja…capek di jalan doang
Aaaaah.. Mana foto area bermain anaknya nie, klo cakep fasilitas anaknya boljug nie buat jalan2 keluarga..
fotonya ga ada ya? hehehe. banyakan permainan di luar ruangan sih…
Assalaamu’alaikum wr.wb, Hendi…
Saya suka melihat tumbuhan pokok paku pakis yang besar itu. Apa di sana namanya pohon pinus. Pokok itu jarang di dapati di Malaysia. Saya pernah melihanya di kawasan bawah Gunung Kinabalu. Jembatan naganya sangat menakutkan ya, tapi tampak unik sekali.
Salam sejahtera dari Sarkei, Sarawak.
betul…itu pohon paku pakis disini menyebutnya : ), tanaman khas daerah pegunungan
aku maunya tahu susu aja… bandung selalu bikin kangen.. belum nulis juga sih kemarin pas ke bandung.
ini juga tulisan tentang bandung belum kelar semua, tak bikin beberapa tulisan. tahu susu? aku belum nyoba nih..
pengen ke bandung juga kak, tpi entah kapan hehe
, udah ngebet bulan kemarin, eh gagal malah :'(
Y U K G A S dot id
ayo direncanain terus dikunjungi segera
wow lembang…..jadii rindu sama tempat sejuk inii
Ayo kembali lagi…
di grafika cikole sebenernya seru juga tuh untuk camping2 nyaman .. ala2 glamping gitu, api unggun, jagung bakar .. seru deh .. sayang ya ga sempet outbond disana
ramai juga pas ke sono, makan aja harus gantian dengan rombongan lain
Husss *awas lalat*
hihhh yakin mau ditelan?
Wah pasti dingin banget disana, sama seperti Dieng mungkin
lebih dingin dieng, Mir…
Pingback: Jelajah Bandung: Tiba di Gunung Tangkuban Perahu | NDAYENG